JAKARTA, bisniswisata.co.id: Gedung ballroom Minabahari III, Kementrian Kelautan dan Perikananan, Minggu pagi, menjadi saksi dari mereka yang mencintai almarhum Sarwono Kusumaatmaja, tokoh politisi Golkar yang pernah berkarier di pemerintahan dengan menduduki beberapa jabatan menteri.
Sebagian sahabat, teman maupun orang yang pernah mendapat bimbingan almarhum sesuai masanya duduk di atas panggung dan membuka ingatan serta berbagi cerita mengenang sosok Sarwono yang mereka kenal.
Dibarisan depan duduk Sapta Nirwandar, mantan bawahan Sarwono di dua kementerian yang menjadi inisiator dari acara Mengenang almarhum Sarwono Kusumaatmadja: Sosok Pemimpin yang Kita Cintai. Dia duduk bersama Rezal, Krisnan, Adja dan Keke, nama-nama panggilan kesayangan buah hati dari pasangan almarhum Sarwono Kusumaatmadja dan almarhumah Nini Maramis.
” Inisiatif dari Pak Sapta Nirwandar dan teman-teman almarhum ayah saya ini luar biasa dimana keluarga besar justru diundang untuk datang ke acara ini dan mendengarkan kecintaan semua orang pada ayah kami,” kata Krisnan, putra kedua almarhum.
Tajub, haru dan bangga juga dikemukakan oleh Keke, putri bungsu Sarwono-Nini ketika menyampaikan kenangan sosok sang ayah dalam mengedukasi anak-anaknya lewat dialog soal penciptaan alam semesta maupun keseharian yang menyenangkan karena di rumah Sarwono tetap menjadi ayah dan suami bagi keluarganya meski di luar sana punya jabatan yang beragam.
” Suatu hari ada acara tapi jas bapak cuma satu jadi saya ajak ke mall supaya beli stelan jas, tapi sampai pulang tidak ada yang dibeli. Kalau sepatu rusak papa juga nggak mau buang, diperbaiki saja dulu. Bajunya juga sedikit kalau banyak kaos bermerk di lemarinya pasti ada tulisan alias kaos seragaman,” kata Keke yang penampilannya juga sangat bersahaja.
Setelah Keke selesai berkisah, Sapta Nirwandar bak seorang MC memanggil para koleganya seperti Siswono Yudo Husodo, Indroyono Soesilo, Mustafa Abubakar, Rasio Ridho Sani, Rini Widyantini, Sofyan Tan, dan Riki mengisi panggung sebagai generasi muda dijamannya.
Dari kisah para nara sumber dari lintas generasi, para undangan menjadi paham sosok pimpinan idaman bangsa ke depan seharusnya yang dimiliki politisi dan birokratpreneur seperti Sarwono Kusumaatmaja.
Itu sebabnya sebelum ajal menjemput, Rezal Kusumaatmadja sempat mengatakan pada papanya bagaimana dia menjadi sosok yang dicintai semua orang dan almarhum meninggal dunia saat tertidur dan tidak mengalami kesakitan.
Rezal Kusumaatmaja juga merasa bersyukur karena kepergian almarhum dihadiri oleh seluruh anak-anaknya.”Beliau tidak mengalami kesakitan, pergi dengan tenang dan damai. Kami merasa sangat bersyukur bisa mendampingi beliau di tempat tidur ketika beliau pergi,” ujar Rezal
Sarwono wafat tanggal 26 Mei 2023 pukul 17.12, di Penang, Malaysia, setelah sebelumnya menjalani perawatan di RS Adventist. Selama perjalanan dari Penang, Malaysia menuju Jakarta, Rezal mengaku keluarganya dibantu banyak pihak. Untuk itu, atas nama keluarga pihaknya menyampaikan ucapan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu.
Lahir di Jakarta, pada 24 Juli 1943. Sarwono meraih gelar insinyur dari Institut Teknologi Bandung (ITB) yang lulus pada 1974. Selama hidupnya, Sarwono pernah menjabat sebagai Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara pada masa Kabinet Pembangunan V (1988-1993).
Selanjutnya menjadi Menteri Negara Lingkungan Hidup pada Kabinet Pembangunan VI (1993-1998). Serta pernah menjadi Menteri Kelautan dan Perikanan pada Kabinet Persatuan Nasional (1999-2000).
Selain itu, Sarwono diketahui juga pernah duduk di kursi Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia (DPR-RI). Tepatnya pada 1971-1988, serta pernah menjadi Anggota Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) pada 1988.
Tak hanya itu, Sarwono juga pernah menjabat sebagai Sekretaris Jenderal Dewan Pimpinan Pusat Partai Golongan Karya (Golkar) pada 1983-1988. Pernah menjadi Manggala BP-7 pada 1984 dan Ketua Persatuan Tenis seluruh Indonesia (PELTI) Bidang Organisasi pada 1986
Tak heran mereka yang hadir untuk mengenang orang yang dicintai ini mewakili semua lingkup yang pernah dijalaninya terutama civitas akadamika ITB di jamannya hingga teman dan mantan pengurus PELTI.
Tak lupa kemahiran Sarwono dalam melihat bakat terpendam juga muncul dari pengakuan para undangan dan yang tidak tertampung untuk mengungkapkan langsung bisa menuliskannya untuk diserahkan ke panitia dan dibukukan.
Inisiator acara, Sapta Nirwandar, Wamen Kemenparekraf di era Presiden Soesilo Bambang Yudhoyono mengatakan semula kegiatan ini dari keinginan para mantan staf untuk memperingati hari jadi Pak Sarwono ke-80 pada bulan Juli 2023
” Kita mencoba mengemas isian agenda acara agar nantinya terasa lebih bermakna dan memorable, setara dengan nama besar dan ketokohan yang disandang beliau,”
Berkumpulah Sapta Nirwandar bersama Indroyono Soesilo, Mustafa Abubakar, Busran Kadri, dan Gellwynn Yusuf, mengadakan pertemuan persiapan pada tanggal 16 April 2023 guna merencanakan perhelatan hari jadi Sang Pemimpin yang dicintai itu.
“Adapun tanggal dan tempatnya disepakati persis sama dengan acara siang hari ini. Namun dalam perjalanan waktu, Tuhan berkehendak lain, Pak Sarwono dipanggil lebih dulu menghadap keharibaan-Nya. Tentunya kami sungguh terhenyak dan tidak menduga beliau pergi secepat itu,”
Wafatnya Sarwono tidak menyurutkan langkah para mantan staf untuk tetap melanjutkan dan mewujudkan niatnya menggelar acara, namun tentunya dengan tajuk yang berbeda.
Dukungan juga terus mengalir dari beberapa staf yunior pada Instansi yang pernah dipimpin Sarwono, seperti Dr. Tini Martini, tokoh dibalik layar kepanitiaan, Dr. Muhammad Imanuddin, Rini Widyantini, Dr, Lyta Permatasari, Asep D Muhammad, Diandri, Riki Kurniawan serta bantuan orang-orang yang mengenal dekat Pak Sarwono.
Dalam tahun-tahun terakhir, ternyata Sarwono masih terus aktif terlibat dalam berbagai kegiatan, di antaranya sebagai Penasihat Kehormatan Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman (2014-2015, saat Prof Indroyono Soesilo memimpin kementerian).
Almarhum juga pernah menjadi Ketua Dewan Pertimbangan Pengendalian Perubahan Iklim dan selaku Penasihat Menteri LHK, juga terlibat dalam kegiatan NGO yang berkiprah di bidang tata kelola sumber daya alam.
Beberapa hal yang masih menjadi perhatian Sarwono, antara lain adalah kekhawatirannya akan dampak emisi karbon terhadap lingkungan hidup dan isu perdagangan karbon, dukungannya terhadap transformasi digital bidang lingkungan hidup, serta perlunya pengembangan riset budidaya udang vaname air tawar. Diharapkan ke depan masih akan banyak pihak yang concern terhadap isu-isu tersebut berikut upaya mengatasinya.
Sarwono juga pernah menerbitkan memoar berjudul: ”Menapak Koridor Tengah” (2018), yang merupakan catatan perjalanan hidup beliau kurun waktu 40 tahun (1948-1988), yakni berbagai peristiwa sejak masa kecil yang sudah mulai sadar lingkungan, masa menjadi aktivis mahasiswa dan politisi di era Orde Baru, hingga pengakhiran karirnya sebagai Sekjen DPP Golkar.
Sesungguhnya karir Sarwono dalam bidang sosial-politik terus bergulir pasca rentang waktu yang tertulis dalam buku, bahkan hingga pergantian presiden beberapa kali. Lalu, adakah pihak yang tertarik menuliskan pengalaman dan karir beliau periode berikutnya, sebagai kelanjutan dari memoar ini? Hanya waktu yang akan menjawabnya.
Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Azhar Anas yang hadir di akhir acara sempat bercerita soal tokoh idolanya Sarwono K saat masih mengikuti gerakan pemuda di Nahdatul Ulama ( NU). ” Karena sering ikut Gusdur bertemu beliau saya jadi beruntung mengenal sosok beliau,” ujarnya yang terbang langsung dari Banyuwangi.
Minggu siang, deretan musisi seperti Berto Pah dan Kiki dengan alat musik tradisional Sasando serta Dwiki Dharmawan, Ita Purnamasari dan tim menghibur saat awal dan akhir acara.